Jumat, 04 April 2014

Se-pe-le

Hai namaku [sensor] . . .
Aku wanita penyuka hal sepele.

Kalau pacar pacar diluar sana mengharapkan kejutan disetiap harinya, entah itu kejutan diberi boneka, cokelat, bunga, perhiasan, gadget ataupun yang lainnya. Entahlah, aku nggak terlalu suka hal yang berlebihan, meskipun dalam hati ada setitik pengharapan untuk merasakan seperti pacar pacar diluar sana karena aku hanya wanita biasa, wajar bukan? Tapi tenang saja, aku lebih bersyukur lagi jika kamu memberikan hatimu yang seutuhnya hanya untukku, melakukan hal spele yang membuat aku selalu tersenyum riang, tertawa, menikmati indahnya dunia yang hanya sementara. Merasakan bahagia meski tidak disetiap waktu. Melakukannya disetiap harinya tanpa mengenal lelah dan jenuh. Berlebihankah apa yang ku inginkan dari dirimu? Jika iya, apa yang harus aku pinta dari dirimu? Bukan inginku untuk menjadi wanita penuntut, aku hanya ingin tersenyum setelah menjalankan rutinitas yang terlalu penat ini.

Area ABG, Surat Kaleng Buat Mantan

Teruntuk mantan yang pernah menjadi terindah...

Dulu kamu selalu memperlakukanku bak seorang putri raja yang menari bersama gerimis, aku sangat diistimewakan dulu. Ya dulu..
Dulu kamu selalu bilang bahwa akulah satu–satunya wanitamu, kamu juga selalu yakinkan aku bahwa kamu lebih baik dari lelaki yang lain dan tak akan membuat luka untukku.
Kamu juga yang selalu memintaku untuk hanya miliki satu, yaitu dirimu. Kamu yang selalu bilang untuk aku menjaga mata dan hati yang hanya untukmu. Kamu juga yang memintaku untuk tidak menjauh dan meninggalkanmu. Ingat kah sayang? Aku rasa kamu tidak mengingatnya J
Pada nyatanya, kini kamu yang menghilang. Kamu menaburkan duri-duri yang bahkan aku sangat tidak menyukainya. Dan kamu memintaku untuk menunggu? Menunggu untuk apa? Menunggumu untuk melakukan untuk kedua kalinya? Ketiga kalinya? Atau sampai aku lelah menari bersama gerimis kembali?
Apa boleh buat, kau yang memintaku untuk menunggu bukan? Ya aku akan menunggu, menunggu dalam ketidak pastiannya dirimu...
Bila ditanya apa yang kurasa saat ini, jawabannya kecewa dan sakit. Aku hanya wanita biasa. Apa gunanya dulu aku mempertimbangkan dirimu kalau akhirnya akan seperti ini. Bila ditanya menyesalkah? Aku jawab tidak, tidak ada kata menyesal dalam hidupku, yang ada hanya resiko dari sebuah keputusan yang dulu ku ambil. Dan inilah resikonya...
Terimakasih untuk luka yang telah kau beri mantan. Ya hanya itu...

                                                Ttd


                                Orang yang kau sia-siakan :’)

Minggu, 12 Januari 2014

Rasanya Ingin Hilang Saja

Detik seakan terdiam
Darah seakan terhenti di titiknya
Ya Tuhan.. Ini kenyataannya..

Aku harus apa sekarang?
Kecewa? Marah? Menangis? Atau berlari sekencang-kencangnya?
Entahlah... Mata ini terasa beku sekali
Rasanya ingin hilang saja

Fuh, untuk kesekian kalinya terjebak pada dunia ini
Bermain dengannya yang sangat tak kusukai
Ah rasanya ingin hilang saja

Menyerah sajakah aku?
Berhenti sajakah aku?
Apa ini yang dinamakan penghujung waktu?
Manis yang berujung pada kepahitan

Apa aku sanggup?
Apa aku sanggup untuk jauh?
Apa aku sanggup untuk berhenti tahu tentang dirimu?

Apa aku sanggup menjalani hari tanpa semuanya tentang dirimu?
Ya, apa aku sanggup merubah pelangi menjadi hitam legam?
Aku sendiri saja masih ragu kemampuanku akan hal itu
Rasanya ingin hilang saja

Ya Tuhan.. aku masih merindukannya
Rindu yang hanya untukku
Bukan dia, bukan mereka

Sabtu, 14 Desember 2013

Takut

Aku Takut . . .
Ya diriku . . .
Sampai detik ini . . .

Bukanku tak ingin percaya
Bukanku tak ingin meluluh
Aku ingin, sangat ingin . . .

Tapi, sesuatu didalam sini
Masih enggan untuk menyapa matahri
Bernyanyi bersama bintang malam
Menari dengan hujan

Sesuatu didalam sini
Terlalu rapuh untuk berlabuh
Terlalu lembut untuk bermain

Ia terlalu takut
Takut untuk yang kesekian kalinya
Dikecewakan dan dipermainkan

Sesuatu yang menyakitkan memang sulit tuk dilupakan
Ya sulit . . .

Minggu, 09 September 2012

Bahagia itu...

Bahagia itu sederhana...
Tidak mengingat apa yang seharusnya tidak aku ingat kembali...
Tidak bermain dalam rasa pilu itu dalam sepi...
Tidak mengeluarkan butiran suci itu karenanya...
Menghilangkan bayang dan luka lama ini...
Bersyukur dengan apa yang sudah kudapat hari ini, meski ia sangat berbeda dengannya...

Aku hanya menginginkan kebahagiaan itu. Mencium wangi ketenangan itu...
Aku hanya ingin mengambil kembali hatiku yang dulu pernah aku titipkan padanya, yang hingga kini selalu membuat ku tidak pernah bisa menyerahkan hatiku kepada siapapun...
Terlalu egoiskah? atau munafik? Ya memang.

Minggu, 12 Agustus 2012

Friendship? or Friendshit?

Teman... Musuh...
Keduanya hampir tidak bisa dibedakan dengan kasat mata. Perbedaan antara keduanya seperti sehelai rambut. Sangat sulit untuk di bedakan untuk orang awam sepertiku.
Tapi, jika ada pilihan dimana harus memilih teman atau musuh. Tentu aku lebih memilih musuh. Karna apa, karna aku lebih menghargai cacian yang di lontarkan langsung di hadapanku daripada manis di depan tapi menusuk dari belakang. Like two-face? No no, but a thousand-face :)
Tentunya kalau kau masih menganggap "pertemanan" kita, kau tak perlu melakukan semua hal konyol itu. Menjatuhkan kami di hadapan mereka, mereka yang tentunya baru dalam lingkup ini.

Minggu, 05 Agustus 2012

MENUNGGU!

1 kata yang punya arti nyesek kalau menurut gua. Tapi ada juga yang bilang nunggu itu ikhlas. Yah pendapat orang kan berbeda-beda, karna perbedaan itulah "menghargai" berguna. :)
Kalau menurut gua, menunggu itu diibaratkan seperti seekor keledai yang terus menanti majikannya kembali, padahal majikannya baru aja masuk jurang. Yang belum jelas, majikannya masih hidup atau sudah mati.
So? bisa dong menyimpulkan apa yang gua maksud tentang menunggu. 
Kenapa sih gua mengibaratkan menunggu dengan seekor keledai? Alasannya sih klasik, karena keledai itu bodoh. Tidak bisa melihat kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya sudah jelas abu-abunya. Sudah tau abu-abu, kenapa masih di jalanin.
Simplenya begini, kalau yang ditunggu bakal kembali ke kita lagi sih itu fine fine aja. Tapi kalau yang ditunggunya ga sadar, bahkan ke yang lain? Gimana?
Lantas, menunggu kita itu buat apa? Mungkin ini salah satu alasan kenapa gua selalu seperti ini -_-. Munafik memang.